Jauhi Gemuk, Kendalikan Diabetes
Apa saja yang
berlebihan dinilai tidak baik. Termasuk soal bobot badan. Kalau punya
bobot badan normal, pastilah sedap dipandang. Dari segi kesehatan pun
lebih oke karena risiko terkena penyakit akan rendah. Ongkos untuk
urusan kesehatan juga menjadi rendah.
Sebaliknya,
bila berbadan gemuk, penampilan jadi kurang menarik, dan penyakit yang
berkaitan dengan kegemukan pun siap menyerbu. Termasuk di dalamnya, dan
cukup ditakuti, diabetes melitus (DM) tipe 2. Walhasil, diperlukan biaya
tambahan untuk mengurusi kesehatan.
Sebagai
gambaran, di AS misalnya, biaya untuk pemeliharaan kesehatan warganya
yang menderita kegemukan pada 1988 mencapai AS $ 44,6 miliar, atau 7,8%
dari biaya pemeliharaan kesehatan secara nasional. Sementara, di
Australia pada 1989/1990 biaya yang dikeluarkan untuk warga yang
gendut-gendut sebesar AU $ 464 juta, atau lebih dari 2% anggaran
pemeliharaan kesehatan secara nasional.
Hati-hati hidden calory
Untuk
mengetahui tubuh kita sudah gemuk atau belum digunakan parameter indeks
massa tubuh (IMT). Cara menghitungnya yakni membagi bobot badan (dalam
kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Ini parameter
keluaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Maka buat orang Amerika,
misalnya, dikatakan gemuk kalau IMT-nya 30 atau lebih.
Mengingat
proporsi tubuh orang Asia beda betul dengan orang Barat, Februari 2000
lalu Prof. S. Inoue (dari Jepang) dan Prof. P. Zimmet (dari Australia)
bersama-sama meredifinisi parameter itu untuk orang Asia. Hasilnya,
seperti dikutip Prof. Dr. dr. Askandar Tjokroprawiro, Sp.PD, KE, dari
Pusat Diabetes dan Nutrisi - RSUD Dr. Soetomo - FK Unair, orang
dikatakan kelebihan bobot badan kalau IMT-nya lebih besar atau sama
dengan 23, berisiko menderita gemuk bila IMT-nya 23,1 - 24,9, dan mulai
dikatakan obes bila IMT-nya lebih besar atau sama dengan 25. Disebut
normal kalau IMT-nya 18,5 - 22,9.
Namun, menurut
dr. Sidartawan Soegondo, DTM&H, Sp.PD, KE, ketua Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dalam press briefing di tengah Kongres
ke-11 ASEAN Federation of Endocrine Societies (AFES) di Bali, 7 - 11
November lalu, IMT bervariasi menurut etnis. "Karenanya, ada kebutuhan
untuk menelaah dan memiliki konsensus IMT untuk orang Indonesia,
"ujarnya. Namun untuk sementara IMT buat orang Asia bisa digunakan.
Gemuk
ada tipenya. Tipe apel atau android (kebanyakan pria) dan tipe pir atau
gynoid (terutama wanita). Disebut tipe apel karena lemak banyak
tertimbun di perut sehingga tubuh bagian tengah bulat mirip apel.
Dijuluki tipe pir karena lemak banyak bersarang di paha dan pantat
hingga tubuh berbentuk kayak buah pir.
Tipe
apel dinilai lebih berbahaya lantaran lemak perut lebih mobile sehingga
memudahkan terjadinya komplikasi penyakit aterosklerosis (penyempitan
pembuluh darah). Obes jenis ini, jika tidak segera dicegah, juga
merupakan predictor atas terjadinya DM.
Dalam
seminar "Healthy Eating Habitï" yang diselenggarakan Jakarta Hilton
Executive Club, PT Roche Indonesia, dan Standard Chartered Bank, Dr.
Elvina Karyadi, M.Sc., Ph.D., ahli gizi dari SEAMEOTropmed UI, menyebut
ada empat faktor penyebab terjadinya kegemukan. Yaitu asupan kalori
melebihi kebutuhan tubuh dari yang dipakai untuk beraktivitas; daya
serap tubuh terhadap makanan; tingkat metabolisme; dan kelainan pada
pusat rasa kenyang di bagian otak hipotalamus yang mengirim perasaan
cukup setelah makan.
Faktor pertama berhubungan erat dengan gaya hidup atau perilaku makan (faktor lingkungan), sedangkan sisanya bersifat organik.
Beberapa
perilaku yang menyebabkan orang mendapatkan asupan kalori melebihi
kebutuhan di antaranya senang mengonsumsi makanan yang tinggi lemak,
digoreng, atau bersantan; kebiasaan ngemil makanan berlemak, bergula,
atau berminyak; mengurangi konsumsi nasi tetapi menggantinya dengan
makanan berlemak dan bergula; serta kurangnya aktivitas fisik sehingga
asupan kalori tidak terbakar semuanya. Makanan yang digoreng, bersantan,
atau manis itulah sebenarnya yang mengandung kalori (hidden calory).
#dari: intisari
0 komentar: